Setahun Bersamamu


Kata kangen udah nggak asing lagi di telinga. Memang udah tiap hari gue ngejalanin hidup, bersama kata kangen yang gak pernah menyingkir dari otak.
Sumpah! kenapa gue harus ngalamin kayak gini galau terus nangis. cuman gara-gara kamu, saya nangis gara-gara kamu, saya nggak mau makan gara-gara kamu saya sakit. Apapun yang saya alami itu semua gara-gara kamu. Kenapa selalu kamu?.

Aku kangen, Kangen sama kamu yang selalu ada buatku, selalu setia di sampingku. Aku merindukanmu lagi dan lagi. Kamu selalu ada di dalam ingatan ku. Kamu dimana? Pada saat-saat seperti ini aku malah semakin rindu padamu. Aku ingin kembali seperti semula. Kembali seperti biasanya. Kembali seperti dulu, dimana tidak ada jarak yang memisahkan kita. Jarak ini yang sangat menyiksa ku sekarang. Aku hanya ingin kamu. Aku bingung saat aku membutuhkanmu, kamu tidak ada. Kenapa? kenapa aku harus mengenal mu. Kenapa aku harus dekat kalau akhirnya jarak yang memisahkan kita. Aku benar-benar benci. Sekarang apa yang harus aku lakukan? Aku bingung, aku termenung tak ada seorang pun yang bisa menarikku dari kebingungan ku sekarang.

Hp ku berdering tiba-tiba, seseorang menelfon ku. Kau kah itu? Ku harap iya. Aku pun mengambil hp ku di atas meja. Ternyata benar itu kau.
“Hallo? fino?” ucapku mengawali.
“Ehm ya. Ini gue, fino Loe bisa ketemuan sama gue sekarang?” jawabnya dengan suaranya yang masih kuingat.
“Bisa, ketemuan dimana?” tanyaku.
“Ok gue tunggu di tempat biasa”
Telfonpun terputus. Itu memang kamu fino. Tapi kamu sungguh berbeda dari yang ku kenal dulu. Apakah secepat ini percakapan kita?. Ku rasa dulu tak secepat ini. Aku tak menyangka kamu telah berubah sejauh itu. Sekarang bukan waktunya untuk mikirin itu. Sekarang gue harus ketemu fino dan membicarakan semua yang terjadi padanya. Aku yakin dia pasti ingin membicarakan sesuatu. Tentang hubungan ini lebih tepatnya.

Aku sudah merasakan sesuatu yang tidak enak, sebelumnya. mungkin ini firasat. Berikan aku ketegaran hati ya tuhan. Akhirnya aku sampai, Aku melihatnya dari jauh. Dia tampak tampan hari ini. Tapi sayang ketampanan nya sudah tak akan aku nikmati lagi. Aku berjalan perlahan, mendekatinya dan menyapanya pelan. “Fino..” dia pun menoleh dan memberikan senyuman terindah nya. Aku yakin itu itu pasti senyuman terakhir untukku.
“Akhirnya kau datang, Mia” Aku tersenyum mendengar suaranya menyebut namaku. Namaku yang sudah lama tak pernah kau sebut-sebut dan kau ingat-ingat lagi. Iya kan?.
“Iya aku memang pasti datang” ucapku sambil membalas senyumnya.
“SIlahkan duduk” dia pun mempersilahkan ku duduk. Di sampingnya.
Aku merasakan hangatnya tubuhmu menempel di tubuhku. Begitu hangat dan nyaman. Aku senang, Aku sangat senang sekarang akhirnya aku bisa merasakan hangat tubuh mu lagi. AKu juga berharap bisa menggenggam tanganmu lagi saat ini. Tapi, mungkin tidak.
“Ada yang ingin kubicarakan padamu Mia” ucapnya memecah keheningan
“Apa?” jawabku sambil menatap matanya yang sangat dalam itu.
“Apakah, kau senang selama berhubungan denganku Mia?” tanyanya dengan sedikit keraguan.
“Tentu. AKu sangat senang. Aku sangat senang. Mungkin kau tidak.” ucapku.
Matanya langsung memandangku tajam setelah aku berkata seperti itu. Dia memandangku. Mata kita saling bertemu. Tapi itu semua tak lama. Dia begitu saja langsung membuang pandanganku lagi. Dia pun menjawab “Gue juga seneng ko..”
“Jangan bohongin perasaan lo sendiri deh. Gue tau lo udah nggak ada perasaan lagi sama gue. Gue tau itu” Gue bisa ngerasain apa yang dia rasa sekarang. Pasti hatinya sedang merasa bingung ingin jawab apa?
“Maafin gue Mia” tiba-tiba dia bersuara.
“Gue udah terbiasa fin, diginiin sama lo. Gue udah terbiasa karena loe udah sering giniin hati gue. Gue cuman bisa sabar” mata gue tiba-tiba aja berair.
“Lo kenapa nangis?” tanyanya dengan wajah tak tau tau apa-apa.
“Kenapa?? loe tanya kenapa? karena gue tuh lagi ngerasain sakit fin. Sakit hati gue fin! Buat apa loe nembak gue waktu itu? Buat apa juga gue harus nerima loe juga. Kalau akhirnya gue harus ngerasain sakit kayak gini?” Dia diem. Gak ada suara. Hanya ada suara tangisan gue saat itu. Kenapa dia diem aja? Akhirnya gue mulai pembicaraan lagi.
“Kalo loe nggak sayang lagi sama gue, udah gak ada rasa lagi sama gue. Mending putus aja deh. Capek gue sama lo fin!” ucapku sambil beranjak pergi meninggalkannya. Tapi fino narik tangan gue. “Mia!”
“Apa lagi?” Jawab gue kesel.
“Mungkin ini yang terbaik, gue minta maaf”
“Gue udah maafin loe fin! Dari dulu” Gue pun pergi dari hadapannya.

Pertemuan kali ini adalah pertemuan terakhir gue terakhir liat loe fin. Makasih udah jadi bagian dalam cerita kehidupanku. Gue seneng fin, selama gue pacaran sama loe. Maafin gue kalo selama ini gue gak bisa ngebahagiain loe, gue minta maaf. Mungkin ini yang terbaik bat loe dan gue. Satu tahun bersamaku mungkin membuat mu bosan. Aku mengerti perasaanmu kok. Terimakasih untuk satu tahun ini fin. Sekarang gak ada lagi ‘kita’ loe sendiri gue juga. Gue nggak akan lupa fin. Gak akan. :)

Cerpen Karangan: Ainiyyah Fatin

Setahun Bersamamu Setahun Bersamamu Reviewed by Harpin on 11:02 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.