Kenyataan


 “Ciee… yang baru jadian..” Ucap Ayu pada sesosok gadis berseragam putih abu-abu yang sedang berlari mendekatinya, di depan pintu gerbang sekolah.
“Hehehe… kok kamu tau sih..?” Tanya Sherly, dengan senyum lebar yang sekarang sudah berjalan sejajar dengan Ayu.
“Ya tahulah… secara Rey kan cowok paling ganteng dan paling terkenal di sekolah ini, dia digigit semut aja semua cewek di sekolahan ini bakal tahu..”
“Ah… lebay kamu nih..” Serunya dengan senyum yang masih terukir di bibirnya.
“Eh.. ceritain donk, gimana dia nembak kamu..?”
“Ntar pasti aku certain deh semuanya, tapi mending kita masuk ke kelas dulu, karena bel bentar lagi bunyi” Ucap Sherly sambil menarik tangan Ayu untuk bergegas masuk ke kelas.

Semua mata tertuju pada sosok pria berparas tampan yang sedang berjalan di sepanjang lorong kelas, ibarat bintang Hollywood yang sedang berjalan di karpet merah.
“Hai.. Sherly.. Hai.. Ayu..!” Sapa pria tersebut dan menghentikan langkahnya di depan 2 wanita cantik yang dari tadi sedang asyik ngobrol sambil duduk di bangku taman sekolah depan ruang kelas mereka.
“Hmmmm… aku laper, aku ke kantin dulu yah.. Dah Sherly… Dah Rey…” Ucap Ayu sambil mengedipkan salah satu matanya kepada Sherly, sebagai kode kalau Ayu tahu mereka ingin berduaan. Ayu sangat iri dengan Sherly karena bisa pacaran dengan Rey, pria yang selama ini dia taksir.
“Pulang sekolah kamu ada acara gak..?” Tanya Rey sambil duduk di sebelah kekasihnya Sherly.
“Gak ada…! Emang kenapa..?”
“Temenin aku nyari sepatu futsal yah..”
“Boleh…”
“Ok… aku tunggu pulang sekolah di depan gerbang ya…” Ucap Rey sembari berjalan meninggalkan Sherly.
“Iya..” Jawabnya diiringi lambaian tangan kepada Rey.
Sherly memang masih canggung dengan Rey, bukan cuma karena baru jadian tapi karena Rey juga adalah kakak kelasnya. Yah..! Rey sekarang kelas XII, 2 tingkat di atas Sherly yang masih kelas X.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi, dan Rey pun sudah berdiri di depan gerbang sekolah menunggu tambatan hatinya.
“Maaf ya lama.. tadi aku harus piket dulu” Ucap sherly.
“Gak papa kok…” Jawab Rey sambil mengusap kepala Sherly dan memberinya helm.
Mereka pun langsung bergegas menuju toko sepatu langganan Rey.

Selesai membeli sepatu mereka makan siang bersama, belanja, jalan-jalan ke tempat wisata dan nonton tentunya.
“Udah malem.. pulang yuk..” Ajak Rey sambil melihat jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB.
Tanpa menunggu jawaban dari Sherly, Rey langsung menarik tangan Sherly dan mengantarkannya pulang ke kosannya.
“Makasih ya Sher.. udah mau nemenin aku beli sepatu dan jalan-jalan.” Ucap Rey di depan pintu kosan Sherly.
“Iya… aku juga seneng kok jalan-jalan sama kamu” Jawab Sherly, masih dengan wajah canggungnya.
Dan kebersamaan mereka kali ini mereka akhiri dengan kecupan Rey di kening Sherly.

Sudah 3 bulan lamanya Rey dan Sherly berpacaran, dan mereka pun semakin mesra. Bahhkan Sherly sudah tidak canggung lagi sama Rey.
“Rey… Nanti pulang sekolah bantuin aku pindah kosan ya..!” Pinta Sherly ke Rey.
“Emang kamu mau pindah kosan..? Kenapa..?”
“Iya… Aku udah bosen ngekos disitu, trus tetangga kosannya juga gak asik..”
“Oh… Ok deh nanti pasti aku bantuin kok.”
“Makasih ya Rey..”
“Iya…” Jawab Rey sambil mengelus kepala Sherly dan menariknya untuk bersandar di pundaknya.

Singkat kata Rey sudah berada di kosan Sherly, dan sedang membereskan barang–barang bersama Sherly. Sontak Rey kaget melihat kalung berliontinkan sebuah nama “Tania” terbungkus kotak kaca yang ia temukan di laci meja Sherly.
“Ini apa Sher…?” Tanya Rey masih dengan ekspresi kagetnya.
“Oh itu… Itu kalung peninggalan orangtua kandung aku.. Oya aku belum cerita ya sebenarnya aku bukan anak kandung orangtuaku yang sekarang. Aku hanya anak angkatnya, Orangtua kandung aku sudah meninggal saat aku berumur 5 tahun. Tania adalah namaku dulu tapi karena orangtua angkatku tidak suka, jadi mereka mengganti namaku menjadi Sherly, dan sebenarnya aku memiliki kakak laki-laki bernama Dani.” Jelas Sherly tanpa melihat wajah Rey.
“Tania…” Teriak Rey sambil memeluk Sherly dan entah kenapa air mata Rey mengalir dengan derasnya.
“Rey.. kenapa kamu nangis..?” Tanya Sherly bingung.
“Ini aku tan.. kak Dani, Kakakmu..!” Sambil memperlihatkan liontin bertuliskan “Dani” yang dia ambilnya dari dompet.
“Gak… Gak… Gak mungkin kamu kak Dani… kamu itu Rey, pacar aku bukan Dani kakak aku..” Jawab Sherly dengan mata berkaca-kaca dan masih tidak percaya dengan apa yang Rey katakan barusan.
“Ini aku Dani kakak kamu… kalung ini buktinya” Tegas Rey yakinkan Sherly.
“Tidakkk… Kamu bukan kak Dani.. kamu Rey..” Teriak Sherly sambil mendorong Rey untuk keluar dari kosanya.
Segera ditutup rapat-rapat pintu kosanya setelah berhasil mendorong Rey keluar.
“Sher… ini aku Dani kakakmu..” Teriak Rey sambil menggedor pintu kosan Sherly, berharap Sherly mau membukakan pintu dan mengakui bahwa dia adalah Dani kakaknya.

Sherly masih menangis di balik pintu kosanya dan berharap apa yang barusan terjadi hanyalah mimpi. Digenggamnya kalung beliontinkan nama Tania, dan terlintas kenangan saat dia diberi hadiah kalung tersebut yaitu saat ulang tahun ke-4 nya. Dan saat Dani mendapat hadiah yang sama di ulang tahunya yang ke-6, selang 2 bulan setelah ulang tahun ke-4 nya. Dia juga terbayang saat-saat dimana dia meninggalkan Dani di panti asuhan karena orangtua angkatnya hanya mau mengangkat Dia.
“Kenapa…? Kenapa Rey itu kak Dani..?” Pertanyaan itu yang masih mengisi pikiranya. Dia bingung, apa yang harus dia lakukan. Di satu sisi dia bahagia telah menemukan kakak satu-satunya yang selama ini dia cari, tapi di sisi lain dia sangat terpukul karena orang yang selama ini ia cintai adalah kakak kandungnya sendiri.

Sudah tidak terdengar suara Rey di balik pintu, Yah… Dia memang sudah pulang dia tahu, Sherly butuh waktu untuk menerima kenyataan yang begitu mendadak ini. Sherly masih belum beranjak dari tempatnya, duduk bersandarkan pintu, dan tanpa ia sadari ia tertidur dengan posisi tersebut sampai pagi menjemput.

“Sherly…” Panggil Rey saat melihat Sherly yang sedang duduk di bangku taman dengan muka pucat. Tapi Sherly tidak menjawab dan lari meninggalkan tempat duduknya. Rey tidak mengejarnya dia menyadari mungkin Sherly masih belum bisa menerimanya sebagai kakaknya.

Hari-hari mereka lalui dengan saling menjauhi, hingga pada saat upacara kelulusan Rey, Rey menarik paksa tangan Sherly dan membawanya ke belakang sekolahh.
“Aku tahu kamu belum bisa nerima aku sebagai kakakmu.. Tapi percayalah aku ini Dani kakakmu..” .
Sherly masih terdiam dan menunduk, menyembunyikan wajahnya.
“Orangtua angkatku ingin aku meneruskan pendidikanku ke luar negeri, aku ingin pamitan sama kamu”
Sontak Sherly langsung kaget dan mengangkat wajahnya, sehingga terlihat tetesan air mata yang dari tadi ia sembunyikan.
“Kamu jangan nangis, aku gak pergi untuk selamanya kok, saat liburan nanti aku pasti pulang, dan saat itu tiba aku ingin kamu sudah mau nerima aku sebagai kakakmu” Pinta Rey sambil mengusap air mata Sherly.
Sherly hanya mengangguk dan memeluk kencang Rey.

SELESAI

Cerpen Karangan: Galih Rakastiwi
Blog: coretan-bocah-oon.blogspot.com
Facebook: Galieh Rakastiwi
Kenyataan Kenyataan Reviewed by Harpin on 11:03 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.