Titipkan Kata Hatiku Selama Ini Kepada Dunia


Sampai mana kau tahu tentang perjalanan yang telah kau tempuh selama ini? Pertanyaan yang ganjil. Tuhan memiliki rencananya, tapi apa iya kau tahu rencana yang ia tuliskan saat ini? Takdir kadang tak tertulis oleh tuhan sampai harus menulisnya sendiri. dan Seorang lelaki yang (pernah) cinta dan kukira menjadi ujung sebuah jalan, ternyata menyisakan jalan panjang di ujung jalan. Aku gemar menyembunyikan pilu dalam lipatan saku yang satu persatu habis kujajakan pada tiap-tiap senja. pernah aku mencoba mencintanya dan yang kucintai ternyata seperti angin. Ia juga tak pernah tau, taman tempat dimana anak-anak bermain mampu meluruskan piluku yang terlipat dalam saku dan terbuang. Aku tak pernah sebahagia ini, hanya melihat kupu-kupu pada tiap-tiap bunga. Bahkan pada taman itu aku tak berharap ada lelaki yang menemaniku walau hanya duduk sampai senja dimakan bulan.

Jika seseorang bertanya sampai mana kau tahu tentang perjalan yang kau tempuh? Aku akan menjawab – aku disini dan hanya sampai disini; sampai melewati beberapa langkah mencintai dan menentang sebuah hati; menerima muntahan caci makian para mulut-mulut pendusta; melipat ribuan juta cahaya rindu pada seorang pria tanpa sosoknya; semua tentang cinta.

Mungkin kau hanya bingung jika kuceritakan laki-laki seperti apa yang aku rindukan. Ah, aku tak ingin juga mengingatnya, aku sedang berada pada taman surga kecil dengan secangkir kopi yang kuseduh sampai bersisa ampas setiap senja. Kalau ku mengingatnya sama saja aku telah membanjiri surga dari hujanku pada kelopak mata.

Di ujung bangku aku merangkul kehangatan kopi pada dada ini adalah cara mengusir dinginnya sepi yang merengkuh dadaku saat ini. Maaf, jika aku hanya memaksa diriku untuk memeluk cangkir ini pada malam purnama. Sebab kenanganmu masih menyisakan ampas seperti sisa seduhan terakhir cangkir ini.

Cangkir kosong; sampai akhirnya aku hanya menyeduh pilu di antara kenangan pada saku jaket ini.

Aku mengerti, tuhan tak kan menciptakan yang sama denganmu, tetapi tuhan masih menciptakan pilihan bukan? Walaupun pilihannya antara lebih baik ataupun lebih licik. Kan sudah kubilang, tuhan memiliki rencana yang ia tuliskan.

Jujur memang aku sendiri masih berharap kalau kau di sampingku duduk, tangan ini akan merangkulmu tanpa batas. Seandainya ini benar sebuah keajaiban, sedetikpun aku tak akan menyiakannya, setidaknya takdir yang ditulis tuhan bukan hanya kesedihan yang terpampang, melainkan ada bahagia yang merengkuh sedih itu.

Pada detik yang semakin gelap, menelan rasa rindu mengingatkanku pada pulang yang tak benar-benar ada. Sosokmu terlihat disana.
“Siapa Disana!” pada kegelapan aku berteriak dengan mata semakin menutup karena cahaya kurang pada pandanganku.

“ini aku.”

Mendung pada wajahku buyar, ketakutan sekarang semakin menahan diriku untuk beranjak dari tempat duduk. “Aku siapa?” dalam hati ku bergumam.

Badanku lemas; seperti hantu yang merengkuh terlalu lama setiap malam; berada pada badai dingin menusuk raga; diriku berasa asing.

“apa kau merindukanku anin?” aku terbungkam, itu kan suara yang pernah terekam pada diriku. Ah, itu ternyata bimo, lelaki yang tak ingin ku ceritakan setiap malam, di taman, pada bulan yang berganti bentuk setiap harinya.

“bagaimana kabarmu anin? Aku merindukanmu” aku tetap terbungkam pada dingin malam yang menembus jaket tebal ini.
“ha? Merindukanku? Sejak kapan? Kenapa harus sekarang?” dalam hati aku menggerutu.

Malam ini menjadi sangat sunyi, aku hanya mendengar suaranya yang telah lama rusak pada memoriku. Badanku semakin lemas, aku semakin menahan isak.

“Bimo buat apa kau memelukku?”

“aku rindu kepadamu anin, bukankah kau ingin tetap ada bahagia di tiap akhir kesedihan. Ini adalah malam yang tepat, mari rayakan malam ini bersamaku, aku tahu kau masih menyimpan rindu.”

Masih merasa pasrah bahuku telah direngkuh lelaki bajingan yang meninggalkanku ini. Sampai ia mengakhiri kenangan bahagia terakhir ini dengan kata yang tak lebih dari pisau yang menggores dinding-dinding telingaku.

“aku ingin menikah minggu depan, bisakah kau hadir?” dadaku menahan isak sekaligus bahagia. Ia yang telah dapat penggantiku, dan aku mendapat kabar kalau lelaki yang kurindukan dan merindukanku telah ditakdirkan dengan perempuan lain.

“bimo, kau tak tahu malam ini badanku sudah tak sanggup lagi berdiri, dokter telah memvonis umurku tak lebih dari dua bulan, dan ia ucapkan dua bulan yang lalu. Aku tak tahu akan datang pada acaramu atau tidak, cangkir yang telah getir bersisa ampas ini adalah cangkir terakhirku. Hari ini aku kerap berjanji pada tuhan kalau tulisan takdirku telah sampai disini, jalan yang ku tempuh telah sampai disini. aku tak butuh menyeduh cangkir bersamamu, kau telah datang kesini dan mengisi buku takdirku. Kau benar bahagia telah merengkuh sedihku”

Oh tuhan, entah dia telah mendengar kata hati terakhirku atau tidak, kau sungguh menulis cerita kecil dengan kisah sederhana pada buku takdirku; menghadirkan kenangan pada sudut kematian. Jika boleh kuminta, bisakah kau titipkan kata hatiku kepada dunia?

Cerpen Karangan: Faris Hakim N / maafguegaring
Blog: maafguegaring.wordpress.com
Facebook: Faris Hakim Nuryuliansyah
Titipkan Kata Hatiku Selama Ini Kepada Dunia Titipkan Kata Hatiku Selama Ini Kepada Dunia Reviewed by Harpin on 11:03 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.