Sendirian Di Kamar


“blugg!” dengan cepat aku menutup rapat pintu kamarku dan ku kunci pintunya supaya aku dapat menyendiri dengan leluasa. Aku baru saja bertengkar dengan Ibuku. Masalahnya karena dia tak mengizinkanku pergi ke pesta temanku. Huh… Benar-benar menyebalkan.

“Aku kan anak muda, kenapa Ibu melarangku, seharusnya dia mengerti keinginan naluri remajaku, bukankah dia dulu juga pernah muda? Ahh aku benci dia,” gerutuku dalam hati. Sambil memeluk boneka Teddy Bear. Ku rebahkan badanku di kasur yang nyaman dan empuk. Perlahan mataku mulai sayu dan terkuasai kantuk. Kemudian aku pun benar-benar tertidur karena rasa lelahku sepulang sekolah. Ditambah pertengkaranku dengan Ibu tadi membuatku semakin lelah.

3 jam berlalu, sebuah ketukan membangunkan tidur nyenyakku. Ku lihat jam di dinding menunjukkan pukul 7:47.
“Sebentar lagi pesta Cindy dimulai, huhh andai aku dapat izin pasti aku sudah bahagia di sana,” ujarku dengan tangan yang mengusap usap mataku.
“Hey, Helena! Buka sayang! Ini Ibu Nak, ayo bukalah,” teriak seseorang dari luar kamarku. Ternyata itu Ibuku.
“Ibu masih mau menasihatiku? Tolong Bu, aku lelah jika harus terus mendengarkan nasihat Ibu itu!” jawabku dengan nada yang cukup tinggi.
“Tidak Helena sayang. Bukalah Nak! Ibu ingin bicara sesuatu,” kembali Ibu berteriak sambil mengetuk-ngetuk pintu kamarku. Dengan langkah kaki yang malas ku paksakan untuk membuka pintu kamar.

“Klik…,” kemudian aku buka pintu kamar dan di hadapanku berdiri Ibuku dengan rona senyuman di wajahnya.
“Ibu mau bicara apa?” tanyaku sambil melipatkan kedua tangan.
“Helena, sekarang Ibu izinkan kamu pergi ke pesta temanmu itu,” tiba-tiba saja Ibuku berkata demikian. Serasa ada angin segar menghembus tubuhku. Dengan gembira aku berterima kasih padanya sambil memeluk tubuhnya.

“Terima kasih Bu, waw aku sungguh senang,” ucapaku sambil sesekali melompat kecil. Ku lihat Ibuku tampak berbeda. Dia sedikit pucat, mungkin dia sedikit tak enak badan, gumamku dalam hati. Lalu dia pergi ke dapur sementara aku langsung mengganti pakaianku untuk bersiap-siap ke pesta Cindy. Beberapa menit kemudian, aku sudah rapi dengan pakaian dan make up yang Ku kenakan. Tiba-tiba, ponselku berdering dan dengan cepat ku jawab panggilan itu.

“Halo! Helena, ini Ibu!” seketika aku merasa aneh.
“Bu, jangan bercanda, dari dapur saja kenapa harus menelepon?” jawabku keheranan.
“Di dapur? Helena, Ibu sedang di supermarket, apa kau habis bermimpi?” ujarnya membuat darahku serasa berhenti mengalir.

“Di… Di supermarket? Ibu tak bercanda kan? Tadi Ibu memanggilku dari luar kamar, dan memberiku izin ke pesta Cindy,” jawabku bergemetar sambil melirik ke arah pintu yang terbuka.
“Helena, Ibu tak bohong, lagi pula Ibu masih tak mengizinkanmu ke pesta itu. Tadi pukul 5 sore Ibu pergi ke rumah Irina, dan pulangnya Ibu ke supermarket, Ibu sempat panggil kamu, tapi sepertinya kamu sedang tidur,” ucapan Ibuku pun membuat tubuhku bergemetar dan berkeringat.

“Ba… Ba.. Baik… Lah Bu!” ucapku terbata-bata lalu menghentikan percakapan dengan Ibu yang ternyata sedang berada di supermarket.

Aku lalu berdiri dan dengan langkah yang bergemetar aku menengok ke luar pintu kamarku. Betapa terkejutnya aku kala melihat sesosok perempuan dengan raut wajah yang mengerikan sedang menatapku tajam. Dengan cepat aku tutup pintu dan ku kunci rapat-rapat. Lalu aku melompat ke atas ranjangku dan membalut tubuhku dengan selimut. Kini yang ada di pikiranku hanyalah, menunggu Ibuku pulang, dan ku putuskan akan ku peluk erat tubuhnya. Aku benar-benar dalam ketakutan yang sangat hebat. Tak terucap sepatah kata pun dari mulutku. Ternyata orang yang tadi ku peluk adalah sosok perempuan menyeramkan yang baru saja menyeringai kepadaku.

“Ibu… Cepat pulang! Aku tak mau sendiri di rumah.”

Cerpen Karangan: Fauzi Maulana
Facebook: Fauzi We Lah
Sendirian Di Kamar Sendirian Di Kamar Reviewed by Harpin on 11:02 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.