Kebahagiaan yang Hakiki?


Izinkan saya menshare salah satu ceramah atau nasehat yang dipaparkan oleh seorang guru besar yang sangat begitu dalam makna tersirat pada tiap kata-kata yang dibawakan.
Apa itu sebenarnya ‘Bahagia‘…?? banyak orang yang berpikir memiliki limpahan materi sudah dapat dikatakan bahagia, apakah dengan kekayaan harta kita akan merasa bahagia? bersenang-senang bisa dikatakan bahagia?
Saya akan mengilustrasikan sebuah cerita seorang pengacara dimana bisa dikatakan dari sisi materi sudah diatas rata-rata atau dapat dikatakan kaya raya (sukses), memilik rumah yang mewah, mobil seperti layaknya seorang pengacara yang kita dilihat pada beberapa media.   Singkat cerita ada seorang aktivis LSM yang bertandang kerumah beliau untuk meminta bantuan dana atas LSM tersebut,
maaf pak, dari sekian banyak orang yang seperti bapak, hanya bapak yang belum memberikan bantuan kepada LSM kami..” mendengar ucapan dari seorang aktivis tersebut pengacara tersebut menjawab..
” Tahukah bapak, ibu saya berada dirumah sakit berbaring dengan kondisi koma dan memerlukan biaya yang tak terhingga..??
Maaf, saya tidak tau pak
Tahukah bapak, saya memiliki saudara laki-laki dimana pekerjaan adalah anggota TNI akan tetapi beliau cacat, dimana memiliki seorang istri dan anak yang harus saya biayai?
Maaf pak, saya juga tidak mengetahui hal tersebut
Tahukah bapak, saya juga memiliki saudara perempuan yang telah lama ditinggalkan pergi oleh suaminya karena tuhan berkehendak lain (meninggal) dan memiliki seorang anak dan sayapun harus dapat membiayainya?” kemudian aktivis tersebut hanya bisa diam dan minta maaf.
Dari cerita pendek diatas jika dilihat dari sisi luar sudah dapat dikatakan bahagia dan sukses, akan tetapi sebenarnya pengacara tersebut memiliki beban dimana harus memenuhi kebutuhan nafkah keluarga, dan apakah pengacara tersebut pelit? bahkan sangat pelit?
Jadi apa sebenarnya bahagia itu? banyak arti atau definisi yang dapat kita baca pada beberapa referensi, buku, internet dan media lainnya. Dan hampir semua mengartikan kebahagian tidak berhubungan dengan materi, melainkan ketenangan dan ketentraman hati bukan kesenangan, jadi kita harus dapat membedakan ketenangan dengan kesenangan.
Banyak cara seseorang untuk mendapatkan kebahagian, misalnya dengan mencari jabatan yang tinggi, mencari sebuah pekerjaan yang memiliki gajih/upah yang tinggi, dan berbagai cara lainnya dengan gaya masing-masing untuk mendapatkan kata bahagia dan sukses tersebut.
Sebuah ilustrasi lagi, dimana sekelompok mahasiswa berpesta untuk merayakan tahun baru dimana keesokan harinya akan ujian akhir semester, apa yang terjadi? mahasiswa tersebut telat menghadiri UAS tersebut akibat pesta tahun baru,  sehingga ketiga mahasiswa tersebut mencoba meminta toleransi untuk UAS susulan pada dosen berkaitan dengan alasan yang telah mereka sepakati.
maaf pak, kami minta maaf kemarin terlambat mengikuti UAS..!”
” Alasannya..?” tanya dosen.
kami bertiga naik angkot yang sama pak, kemudian ditengah jalan salah satu ban angkot tersebut bocor, sehingga kami turut membantu pak
Betul pak, ini semua karna masalah orang banyak pak, sehingga kami berinisiatif untuk membantu” tambah pernyataan salah satu dari ketiga mahasiswa tersebut.
Dari itu kami mohon bapak mengizinkan untuk UAS susulan pak“..
Lama mempertimbangan alasan dan pernyataan ketiga mahasiswa tersebut, akhirnya dosen mengizinkan untuk UAS susulan jam 8 pagi keesokan harinya. Kemudian sekelompok mahasiswa tersebut bahagia karena masih diberikan toleransi UAS susulan.
Keesokan harinya, sesuai jadwal mereka (mahasiswa) pun diuji pada ruangan yang berbeda, dimana soal ujian yang diberikan sama oleh dosen tersebut. Soalnya seperti ini :
“Ban bagian mana angkot tersebut yang bocor..?” apa yang terjadi? 3 Siswa tersebut menjawab dengan jawaban yang berbeda. Bagaimanapun cara kita menyembunyikan kesalahan pasti akan terungkap.
Sebenarnya untuk memperoleh kebahagian sangatlah simpel (mudah), cukup kita mulai pada hal-hal yang kecil, misalnya? Memuliakan orang tua kita masing-masing. Orang yang telah melahirkan, merawat, menjaga, memberikan kasih sayang, mengorbankan untuk kehidupan keluarga. Tak sedikit kisah-kisah orang yang sukses dan bahagia karena memuliakan orang tuanya.  Jika kita dapat melakukan hal yang kecil tentunya kita siap dan dapat melakukan hal-hal yang besar, sebaliknya jika kita tidak bisa melakukan hal-hal kecil untuk mencari kebahagian, lebih lagi hal yang besar.
Banyak penjabat hidup bergelingan harta yang sukses tapi selalu tidak merasa bahagia, kenapa demikian? karena hal-hal yang kecil tersebut selalu diabaikan. Seorang pengusaha yang memiliki 30 mobil angkot tidak bisa tidur pulas, dikarenakan memikirkan 3 diantara 30 mobilnya belum kembali-kembali misalnya.
Selain memuliakan orang tua, cara mudah untuk mendapatkan kebahagian adalah mensyukuri apa yang telah diberikan, terkadang beberapa orang (mahasiswa) tidak mensyukuri apa yang telah dilakukan orang tua usaha untuk menyekolahkan (kuliah) anaknya, selalu saja merasa kurang dan kurang, tanpa mencoba berinisiatif untuk membuat tersenyum kedua orang tuanya.
Selain mensyukuri, hal yang mudah kita dapat lakukan adalah mulai berfikir positif terhadap orang disekitar kita
ilustrasi kembali:
“seekor burung pipit terbang dan jatuh pada saat musim salju, akibat terjatuh pada tumpukan salju akhirnya kedua sayap burung tersebut merasa kaku untuk menggerakkannya, kemudian tak lama seekor sapi melewati diatasnya dan mengeluarkan kotoran yang tanpa disengaja menjatuhi burung pipit tersebut, membuat marah dan mencaci maki sapi tersebut, Tak disangka ternyata kotoran sapi yang hangat tersebut membuat sayap burung tersebut merasa lebih baik dari sebelumnya dan perlahan sayanya telah dapat digerakkan sedikit demi sedikit akan tetapi belum dapat menerbangkan dirinya.
Kemudian tak lama, muncul seekor kucing, dalam hati burung tersebut berkata :
“matilah riwayatku, akan diterjang dan dimakan oleh seekor kucing”..
Akhirnya kucing tersebut mendekati tumpukan kotoran sapi tersebut kemudian menjilati sampai bersih pada sang burung pipit tersebut merasa lebih baik dan sudah dapat terbang bebas, akan tetapi karena merasa nyaman dan hangat akan jilatan kucing tersebut sang burung pipit berpura-pura masih kedinginan dan menikmatikan jilatan seekor kucing tersebut, dan pada akhirnya diterkam oleh kucing tersebut…..
So, mencari kebahagiaan yang hakiki sebenarnya sangatlah mudah, memulai dengan hal-hal yang kecil dimana dengan memuliakan kedua orang tua, mensyukuri dan berpikir positif kepada semua orang.

Source Voice : oleh Prof. Hamdan, editorial convert to Gunawan
Kebahagiaan yang Hakiki? Kebahagiaan yang Hakiki? Reviewed by Harpin on 3:32 AM Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.