Kandas di Persimpangan


Bergelantunan merebah malam yang tawar oleh rerumputan sepanjang pagi tak berembun angin pun plin plan harus bermalam, kalimat itu selalu kau bisikkan dengan nyaring pada alam nadiku pertanyaan konyol yang tak pernah mampu kujawab dengan pasti “yang tampan siapa yang punya?” *yang punya yang bertanya*

Kembali kau palingkan merah delima mu saat hendak kusapu sehelai rambut iseng mengendap di pelipis bibirmu, lalu kau lari mengitari pohon palm yang layu oleh senyummu, #CINTA# “andai kau tau aku siap mati untukmu” pesanmu lewat semilir angin, sungguh kau telah membuatku Pikun tanpa ampun! kulihat dirimu disana bersandar pada kaki palm rambut hitam membentuk kaligrafi di keningmu; binari ini berkata, “Kau Begitu Cantik, kau terlalu indah untukku”.
Sambil lambaikan tangan kau berucap “dekap aku, disini kuinginkan dirimu” berlalu kudekati dirimu dengan paras terarah pada wajah yang sungguh tak kuat aku melihatnya karena disaat ku tatap wajah indahmu terngiang dalam benakku “apa jadinya bila hidupku tanpamu?”

CINTA, Terlepas dari mu sungguh aku tak mau
Bagaimana mungkin aku tinggalkanmu, sementara aku selalu memikirkanmu
Ya, begitu juga aku rasakan, CINTA!
Hadirmu telah menyelamatkan buramku yang selama ini terbungkus kesendirian dalam lamunan
Hadirmu mencairkan senyumku dalam mimbar pagi dan malamku
Cinta, kalau boleh aku bertanya kenapa kau mencintaiku?
Itu pertanyaan yang tak pernah ku tau jawabannya kenapa aku mencintai dirimu? bahkan sekian lama kucari dalam kamus hatiku, yang kutemukan hanya aku tak mampu jauh darimu
Mungkinkah aku berdosa telah mencintaimu, sementara kau terlalu indah untukku!
Bagiku kau sangat berarti, dan aku tak pernah merasa kalau aku lebih darimu karena yang kurasa kau adalah pelengkap hidupku, selamanya
Cinta, sungguh kau begitu, kalau saja bukan dirimu yang kumau; laut terlalu dengkal untuk kutenggelamkan, tapi sirohmu telah buat aku tak mampu, tak mau, bahkan telah buat aku dungu
Mugkin kau tak tau, betapa aku telah pikun terlalu sering memikirkanmu dan berharap kau selalu menjadi bintang yang terang dalam gelapku.
Selalu dan selamanya diri ini tak kan sanggup hidup tanpamu dan aku tetap terjaga dalam gelapmu, dengan sebatang cinta segar untukmu

Melewati jejak malam yang kelabu oleh sabda bintang, siapa sangka rembulan begitu tega meninggalkan jejak mentari membiarkannya menunggu hingga esok pagi
Aku ada di antara rasa mesra yang mengalir di sekujur angan marambat ke halaman axterium dukster lalu singkat begitu cepat terasa kala aku tak melukis rupamu dalam ranjang malamku lantaran tak sampai aku menemuimu di pulau bantal.

Simpang siur celetukan burung membangunkan bunga-bunga di halaman rumah, saat itu kulihat sepasang kelelawar yang bangun kesiangan mungkin lemburnya terlalu larut,
Wahai pagi yang baik hati sampaikan salamku pada puteri yang masih terlentang menunggu sapaku, lalu bisikkan padanya kalau aku mencintainya dan kau embun; basahilah kelopak matanya agar dia merasa ringan menatap kebun yang sepanjang malam menjaganya.

Hai cinta! senang melihatmu hari ini dengan manis bibirmu yang salalu kau tancapkan pada hatiku saat pertama kau tatap aku
Oya, gimana auramu hari ini? aku memikirkanmu semalaman
Aku selalu pasang aura yang adem untuk kau lihat agar hatimu tak beku oleh tidurmu
Cinta, aku ingin bersama denganmu selamanya, adamu menenangkan risauku
Dirimu dan diriku kan selalu terangkai dalam lingkaran cinta sejati yang akan tetap bersama dari hidup sampai mati, bahkan sampai tangan tuhan menyatukan kita kembali
Selalu teruntai doa di setiap nafas “cinta yang kumiliki adalah pitutur hati yang tak kuasa kulepaskan meski harus kutinggalkan dunia dan akan ku pertahankan meski kesusahan hurus dijadikan kawan, semuga Tuhan berpihak pada pada cinta kita berdua
Bagimana aku harus tinggalkan belaianmu
Sementara ruasmu sisir termahal yang kupunya
Bagaimana aku harus tinggalkan pelukmu
Aku nyaman terlontar ke dalamnya
Bagaimana aku harus tinggalkan senyummu
Karena akan kumulai darimana langkah kupijakkan setiap harinya, tapi!
CINTA, aku akan pergi tuk sementara, BESOK!!
Kau siap untuk semua ini tanpa diriku
Aku pergi karena panggilan bibi yang sengat butuh tenagaku, aku harap kamu paham, ini hanya sementara
Tak ada kuasa bagiku untuk melarangmu, karena kebahagianmu adalah senyumku
Baiklah kalau bigitu, tapi izinkan aku membawa rinduku untukmu
Sebut namaku jika kau rindukan aku, telah ku titipkan cintaku untuk menemani dan menjagamu
Akan selalu kurindukankan pantai, sawah, pohon palm dan senyum orang yang sangat aku cintai
aku percaya padamu
aku juga mempercayaimu!

terlintas dalam benak entah apa jadinya kalau separuh hati kan berjauh jarak demi prioritas masa depan nanti, mungkinkah hari-hari kan seperti semula walau warna tak kan seindah pelangi lagi, pastinya angan tenang selalu mengambang dalam kesendirian karena kan berlalu menyusuri waktu yang pilu, duh ya tuhan berilah bekal tabah nan sabar aku menunggunya.

Malam terbaring tenang dalam selimut rembulan, rimbun pohon yang melambai melayani tarian bintang walau berat melihat malam terlentang tel*njang
Malam ini akan terhimpit glamor rembulan yang vakum lantaran sapa mulai kandas dari waktu
Cinta, biarlah lengan ini mendarat erat di tubuhmu agar disana kau percaya kalau aku tidak akan pernah mampu berhenti mengingatmu.
Bukan inginku pergi jauh darimu, ini adalah hatiku yang pecah lantaran harus melawan waktu dan rindu, kalau saja…?
Kuyakin senja pun bersaksi meski harus menangisi hati ini, setia dan cintaku selalu terlipat rapi dan hanya untukmu akan kubuka
Yang kubisa hanya mencintaimu
Yang kutahu hanyalah menyayangimu
Yang kumampu hanya kalau aku hidup denganmu
Janjiku padamu tak sedikit pun aku akan menghianatimu
Sungguh aku meyerah tak bisa hidup tanpamu

Malam sumbang
Bisu
Berkabut malu
Akan menjadi seperti apa 5 jam lagi? aku tak tau
Kelelawar itu semakin bercumbu mesra saja bersama sang rinces di dadanya
Sementara cerita itu akan berpaling menjadi derita, jika?

“Terimakasih ya!”
“Buat?”
“Yee siapa yang sama kamu kale?”
“Emmmpt”
“Aku berteimakasih pada kunang-kunang ini”
“Buat?”
“Karena sinarnya aku bisa melukis ihklas wajah cantikmu”
“Satu kata buat kamu, GOMBAL”

Wajahmu telah menjamah diriku yang sebentar lagi akan pupus dari tatapku
Cinta, izinkan aku memelukmu sakali lagi, agar tegar diri ini
Semoga kau baik-baik saja bersama kasih di pundakmu

“Aku pergi”
“Hati-hati”

Dunia menangis
Langit menangis
Hujan pun menangis
Kalimat itu, tragis bagiku
Tiada sangka tiada paksa, sucingan ini harus menorehkan palu tak berpenghulu

Sandiwara ini mulai mengusik hatiku rasa tak tenang dengan tiadamu, kabarmu bagaimana? selalu kutanyakan pada diriku sendiri, kutanyakan pepohonan, kutanyakan kertas kumal, kutanyakan seisi rumah bahkan ku bertanya pada jalan-jalan sampai ka pusat kota, tapi masih saja tak kutemukan titik terang dari kabar dan keadaanmu; yang ada hanya penantian panjang melintasi langkah tak pasrahku tiap pagi dan malam. Lalu pada siapa lagi ku bertanya?

Sepi telah membunuhku tiap saat kenangan merayap pada dinding imajinasi tiada lelap dalam tidurku tiada senda dalam cakapku, kini aku bersama lilin putih yang semakin lama semakin memuai oleh api sebentar lagi ia kan tiada, terus aku bagaimana?

Kemana langkah ini kupijakkan sementara seluruh penjuru telah lusuh bersama raut ademmu, aku benar-benar berteman sepi, sudah enam bulah kau tiada kuraba, tiada surat, tiada SMS, tiada suara lewat telfonmu, mungkinkah kau telah melupakan aku atau kau tak lagi merasa kalau aku mengingatmu bahkan mungkin kau tak mau merasa.. selalu kutunggu dirimu meskipun hanya satu kata “aku masih disini dengan cintamu” itu terlontar ikhlas dari bibirmu adalah bahagia untukku.

Semakin bingung saja arah fikirku, dirimu yang kucinta sampai kapanpun aku akan tetap menanti, tapi satu hal yang tak bisa aku pungkiri “FITNAH” kampungan itu selalu mengahantui benakku, kini hanya ada satu pilihan bagiku, aku harus tunangan bahkan kalau mampu aku harus menikah, terus bagaimana dengan janjiku padamu? sungguh hatiku tak menduga fenomena ini kembali memenjarakanku, jikalau aku tak tepati janjiku padamu aku tau kau akan tersakiti dan aku tak mau kau berlalu meninggalkanku, tapi jika aku hanya seperti ini itu sama halnya diriku telah membunuh diriku sendiri, orangtua dan lembaga yang telah membesarkanku, aku harus bagaimana? kemana dan pada siapa harus ku eja kembali pita hidup ini, kalau saja kau ada disini sekarang mungkin pilahanku adalah dirimu, namun itu hanya angan yang terlintas tak lugas, segala tentang hati ini menuai klimaks pilu mendalam karena harus aku jatuhkan pilihan pada dia bukan kamu

Harus dengan apa ku utarakan maaf ini, sementara kata-kataku telah tertimbun rasa menyesal dan sayang, hari ini adalah hari dukaku terbesar yang kusadar, harus jalani hidup yang tak pernah kutau prolog sebelumnya, biarlah angin yang sampaikan keluh nestapa ini pada Tuhan, mungkin ini adalah jalan-Nya bukan jalanku.

Baru sebulan pertunangan ini terjadi kau datang lewat suara emasmu di telefon entah dari mana kau tau nomorku..
“Hallaoo… assalamu’alaiqum wr.wb”
“Wa’alaikum salam wr.wb.” suaramu tetap seperti yang dulu, cakapku dengan hati
“Mas ini aku sudah ada di rumah kembali lho..”
“Oya, kapan pulangnya?”
“Sebulan yang lalu, dan aku baru mendapatkan nomor hp kamu sekarang”
“Dik, kenapa kau tak ada kabar dari sana, sms pun kau tak pernah”
“Nomor kamu terhapus, Mas”
“Terus gimana kabarmu sekarang?”
“Aku tetap seperti yang dulu…”

Memulai percakapan, pertengkaran, kenapa dan mengapa menjadi senjata bibir diriku dan dirinya, lalu siapa yang harus dipersalahkan?

“Mas, masihkah kau mencintaiku?”
“Aku masih mencintaimu, tapi..?”
“Tapi apa …?”
“Aku tidak bisa ceritakan ini padamu sekarang, maaf!”
“Kenapa, tapi apa?”
“Hatimu akan terluka kalau aku jujur padamu”
“Aku akan lebih terluka kalau kamu tidak terus terang padaku, atau kau sudah menemukan cinta baru di hatimu?”
“Enggak bukan itu”
“Lalu apa?”
“I broke my promise; AKU TUNANGAN.”
“Udahlah mas gak usah bercanda seperti itu, gak lucu tau”
“Aku tidak bercanda, aku serius”
“Mas, sungguh tiada pernah menyangka kau lakukan ini padaku, sakit mas, sakit”
“Cinta, dengarkan penjelasnku dulu”
“Udah lah mas gak usah bahas ini lagi”
“Aku sudah terlajur cinta padamu tapi aku tak bisa kecewa dengan penghianatan ini, aku tau kau tak pernah mencintaiku
Dengarkan aku dulu, kau tak tau tentang diriku, aku mencintaimu bahkan lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri”

Keadaan berpaling sumbang, cerita menjadi pilu, pilukan air mata
Kemana arah pulang?
Hati terselimut kebekuan mengantarkan karang ke bibir pantai
Ombak kembali berdiskusi menyingkap fakta dibalik rahasia
Siapa sangka kan jadi begini
Burung pun bungkam kata setelah kutanya

“Cinta, dengar, walau aku telah bersamanya tapi hati dan cintaku tetap untukmu”

Cerpen Karangan: Chamal Musthofa
Facebook: thofachamal@yahoo.co.id
Kandas di Persimpangan Kandas di Persimpangan Reviewed by Harpin on 11:06 AM Rating: 5

1 comment:





  1. https://www.ohayou.id/
    https://www.ohayou.my.id/
    https://www.ohayou.my.id/2021/06/menambah-komentar-youtube-murah-berkualitas.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/10/jasa-review-shope-tokopedia-lazada.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/02/jasa-pengerjaan-tugas-matematika-smp.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/01/jasa-review-google-maps-murah-di.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/09/jasa-review-google-playstore-murah.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/02/jasa-pembuatan-slide-presentasi-power.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/09/jasa-tulis-tangan-online-di-jamin-murah.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/02/jasa-instal-laptop-murah-untuk-wilayah.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/01/jasa-tulis-tangan-di-jamin-murah.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/01/jasa-joki-freefire-murah-harga.html
    https://www.ohayou.my.id/2020/11/jasa-joki-beli-barang-gratis-ongkir-di.html

    ReplyDelete

Powered by Blogger.